TRIBUN SILAMPARI

Tegas, Tepat dan Terukur

TVRI: Bangkit atau Tenggelam di Tengah Persaingan Televisi Swasta? Oleh Nursalim Turatea


 

Televisi Republik Indonesia (TVRI), yang pernah menjadi stasiun penyiaran kebanggaan negara, kini berada dalam situasi mengenaskan. Terjepit di antara persaingan ketat televisi swasta yang terus melesat, pengelolaan TVRI justru dianggap kurang profesional dan tidak berorientasi pada profit. Padahal, profit merupakan elemen kunci untuk memastikan keberlangsungan sebuah lembaga penyiaran, terlebih di era digitalisasi dan persaingan global seperti sekarang.


TVRI, sebagai lembaga penyiaran publik milik negara, seolah kehilangan peran strategisnya, bahkan ketika pemerintah membutuhkan media untuk menyuarakan program-program besar. Hal ini terlihat nyata dalam momen-momen penting seperti Pilkada, di mana televisi swasta ramai menyiarkan debat-debat kandidat, sedangkan TVRI absen tanpa peran yang signifikan.


“Pilkada ini adalah hajat besar pemerintah, tapi TVRI tidak terlihat mengambil peran di sana. Lalu, di mana posisi TVRI sebagai lembaga andalan pemerintah?” kritik Icang Hardiyanto, S.H., pengamat dan praktisi pertelevisian sekaligus Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia.


Permasalahan Pengelolaan


Menurut Icang, permasalahan utama TVRI terletak pada manajemen yang tidak mampu berpikir strategis dan berorientasi pada keberlanjutan. Ia menyoroti pola pergantian direktur utama yang dinilai tidak membawa perubahan berarti. “TVRI harus dikelola oleh orang-orang lapangan yang memahami kebutuhan operasional, bukan sekadar duduk di belakang meja,” tegasnya.


Icang bahkan mengisahkan pengalamannya bertemu dengan kru TVRI dalam sebuah acara liputan. Kru tersebut tampak terburu-buru karena harus segera mengembalikan kamera yang sedang dipakai untuk digunakan oleh tim lain. “Lembaga penyiaran dengan nama besar Republik Indonesia harus bergantian menggunakan kamera? Ini sangat ironis,” keluh Icang.


Menurutnya, TVRI sebenarnya memiliki semua potensi untuk menjadi lembaga penyiaran yang mandiri dan unggul. Namun, sayangnya, potensi tersebut tidak dikelola dengan baik. “TVRI itu punya negara. Harusnya tidak kalah dengan swasta. Tapi kenyataannya, banyak kendala yang justru mencerminkan lemahnya manajemen dan strategi pengelolaan,” tambahnya.


Peluang Mandiri Tanpa APBN


Icang menegaskan bahwa TVRI memiliki peluang besar untuk tidak terus bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam operasionalnya. Menurutnya, dengan pengelolaan yang profesional, TVRI dapat menjalin banyak kerja sama dengan pihak luar, baik dari dalam maupun luar negeri.


“Setiap departemen pemerintahan harusnya memiliki wartawan TVRI yang siap meliput berbagai program dan kebijakan pemerintah. Jika hal ini dijalankan, TVRI dapat menjadi corong informasi yang efektif sekaligus memperoleh pendapatan tambahan dari kerja sama ini,” jelasnya.


Ia bahkan berandai-andai, andai dirinya dipercaya menjadi Direktur Utama TVRI, ia yakin dapat menjadikan TVRI mandiri hanya dalam waktu dua tahun. “Dua tahun cukup untuk membuat TVRI tidak lagi bergantung pada APBN. Asalkan pengelolaannya profesional, saya yakin itu bisa dilakukan,” ujar Icang penuh optimisme.


Modal untuk Bangkit


Icang juga menyoroti pentingnya laba atau profit sebagai modal untuk meningkatkan kualitas dan semangat kerja kru TVRI. Menurutnya, tanpa adanya dorongan untuk menghasilkan laba, kreativitas dan inovasi kru TVRI akan stagnan. Padahal, dalam dunia penyiaran, mutu konten menjadi kunci utama untuk menarik perhatian audiens dan bersaing dengan stasiun televisi swasta.


“Peluang TVRI sebenarnya sangat besar. Tinggal bagaimana manajemen melihat dan memanfaatkan peluang tersebut. Jika terus-menerus bergantung pada APBN tanpa inovasi, jangan heran jika TVRI semakin terpuruk,” ujarnya.


Sebagai pemerhati digitalisasi media jurnalistik, Icang berharap ada pembenahan besar-besaran di tubuh TVRI. Ia percaya bahwa dengan semangat profesionalisme, TVRI dapat kembali menjadi lembaga penyiaran yang membanggakan, baik di tingkat nasional maupun internasional.


“TVRI memiliki sejarah panjang dan peran besar dalam dunia penyiaran Indonesia. Sudah saatnya kita bangkitkan kembali kejayaan itu dengan manajemen yang berorientasi pada profit dan keberlanjutan,” pungkasnya.


Harapan untuk Masa Depan


Menghadapi persaingan ketat di dunia penyiaran, TVRI tidak hanya dituntut untuk bertahan tetapi juga berkembang. Dengan pengelolaan yang profesional dan visi yang jelas, TVRI dapat menjadi pelopor dalam penyiaran publik yang mandiri, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.


Kini, tantangan terbesar ada pada pemimpin dan pengelola TVRI. Mampukah mereka membawa TVRI keluar dari keterpurukan dan menjadikannya kembali sebagai lembaga penyiaran kebanggaan bangsa? Atau, akankah TVRI terus tenggelam dalam bayang-bayang kejayaannya di masa lalu?


Waktulah yang akan menjawab, tetapi langkah konkret harus dimulai sekarang. Bangkit atau tenggelam, masa depan TVRI ada di tangan kita semua. (Nursalim Turatea).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama